Rabu, 13 Mei 2009

Tentang Cinta

Ah...cinta...
"kenapa harus cinta sih yang harus di bahas?"
Pertanyaan itu yang dijawab oleh sahabatku ketika aku bertanya tentang cinta padanya. Memang aku juga ragu untuk membicarakannya. Bukan masalahnya aku tak pernah merasa cinta. Namun, aku masih dilematis untuk membicarakan cinta sekedar teori, deskripsi, ataupun sekedar definisi.
"Justru itu, aku bingung harus darimana aku menjelaskannya."
"Ya, udah jawab saja, cinta itu datang tak di undang, dan pergi pun menyakitkan."
ha, ha, ha... aku tertawa dalam sebuah tanda tanya yang masih tentang cinta.
Sahabatku lalu berkata;
"Teman, Cinta tak butuh teori, cinta itu soal rasa. Ya, soal rasa memberi dan menerima. Aku lebih senang membahas cinta bukan secara teori, dogmatis, dan segala hal yang berbau candu dunia. Aku lebih senang membahasnya secara romantis saja. Dari pengalaman jiwa tentang arti pertemuan dan arti men- Cinta-i."
Wah, aku terkesan dengan alur ceritanya. Aku tersadar akan pancaran pandangan matanya. Yang katanya mata adalah pancaran keyakinan pemikiran.
"Lalu, sisi romantis mana yang ada sebagai sebuah cerita?" Lagi tanyaku padanya.
"Kamu tahu arti sebuah pertemuan dan cinta?" Tanyanya padaku.
Spontan aku jawab "tidak"--karena aku hanya memandang indah dirinya.
"Cinta hanya merupakan medium saja, yang notabene merupakan ungkapan kita sebagai individu dengan dirinya sebagai individu pula, lalu ada nuansa yang mempertemukan keduannya dalam satu rasa yang tersimbolkan dalam pandangan pertama. Ya, disitulah akan ada pertemuan yang sama antara kesamaan visi dan misi dalam kelanjutan hubungan dalam satu nama representasi cinta."
Ah...cinta.
Selang waktu, tak lama dari pernyataannya tersebu. Aku tak mau membuang kesempatan untuk menyatakannya;
"Aku cinta kamu, Ya."
Itu saja yang ada dalam ceritaku tentang cinta.