Senin, 27 Desember 2010

ode tentang kita (antara kamu dan aku)


menarik rasanya melihat masa yang akan datang dengan cita yang ada. Menarik pula jika kita melihat ke belakang dengan semangat yang membara untuk beranjak. Ya, beranjak menuju masa depan yang (ideal) lebih baik. Tahun lalu adalah pusaran sejarah yang tak mungkin berulang. Dan saat ini aku sedang dalam persiapan menuju perjalanan mendatang yang insya Allah akan gilang gemilang. Tahun depan adalah awal yang baru lagi bagiku. Baru dalam segala hal yang menuntut kedewasaan diri ini, seiring tapak cita mulai muncul menjelma satu per satu. Tentunya dengan niat ibadah yang selalu tertanam dalam diri, aku selalu menikmati setiap deru aktivitas saat ini. Insya Allah, semua berjalan sesuai adanya.
Perihal lain tentang diri ada dalam resolusi tahun depan. Ya, cerita tentang asmara. Tentunya dengan kamu 'dinda' yang ada sebagai teman makna hati yang coba saling menerjemahkan setiap bentuk pertemuan nurani. Untukmu (dinda) pula aku palungkan sebuah cita tentang cerita kita hari ini, esok, dan sejauh nuansa yang bisa kita ciptakan bersama. Tentunnya dengan sedikit berusaha untuk mengusahakannya, yang tentunya bukan hanya aku, kamu: tapi tentang KITA. Jangan pernah lelah untuk menjadi matahariku, karena apa dayanya bumi tanpa sinarmu. Bahkan ketika malam pun, aku selalu ingin segera melihat cahayamu kembali sang matahari cintaku.


:Aku saat ini sedang gempita dalam suka karena: KAMU, dan Kelanjutan studiku.

Senin, 20 Desember 2010

ada yang lain (rasa)


ada wajahmu di wajahnya. seperti itulah yang ku tangkap sekilas dari raut wajahnya. setelah bergerak tak menentu, aku coba kembali menolehkan wajah, dan ternyata memang seperti itulah wajahmu dalam wajahnya. Aku ingin menampik semua ini, jika yang ada adalah rindu. Aku ingin mencegah jika ini perasaan kangen dalam setiap ingat. Tentunya ini tak adil dalam sebuah cerita tentang kita, yang notabene aku dan kamu satu dalam rasa yang menggebu dalam cinta.

Jumat, 17 Desember 2010

kadar rasa


akan ada masa ketika kecantikanmu pudar. akan ada tengat waktu pula untukmu tetap indah dalam pelupuk mata ini. Namun, rasa ini tentunya takkan pudar seiring berlalunya waktu itu. ingin rasanya cepat melihatmu memakai gaun itu; "kamu cantik dengan gaun itu, sayang". Dimana saat indah itu akan tiba, aku dan kamu tidak lagi bermimpi akan indah tempat muara cinta kita berlabuh. Ya, karena saat itu (kelak) kita sudah nyata ada menyatu dalam satu janji suci. Terikat akan traktat yang sudah terucap oleh kita, dan diikat dengan erat. Tidak hanya itu saja tentunya; ada moment yang tentunya serasa syahdu dalam rasa ingin saat ini.Moment ketika satu kecupan sayang yang akan tertambat padamu. Dan selanjutnya, aku akan terus memberimu kecupan disetiap harinya. Tentunya tanpa pretensi lainnya, hanya sebagian dari wujud sayangku padamu.

Nit, bagaimana jika tua nanti kita sudah tak seindah hari ini?

Apa jadinya jika kita tidak bersama?

Mengapa aku begitu takut kehilanganmu?

Mengapa sampai saat ini, aku tak bisa jauh darimu?

Apa artinya semua ini?


:Aku beri sedikit rahasia tentang kegundahanku--saat ini.

Kamis, 16 Desember 2010

Gerasakuni

kau adalah sejati, dalam relungan setiap asma yang kupuja. membicarakanmu adalah gembira dalam suka. entah mengapa --aku bisa bertanya? aku mencintaimu sedalam bisa kau selami hatiku. aku berujar tak menepi, dan menahan jemu yang terkadang selalu menyenangkan dalam diam. Namun, adanya dirimu membuat hari seperti berarti. membuat hidup serasa nikmat. Dan aku seperti memang membumi.
karena kamu, nita. Aku bisa menemukan arti dari apa yang telah kusebut tadi.

: Mari kita bersama, mari kita ciptakan harmonie yang indah itu.

Catatan di KM.25


Ternyata tiba juga di batas dari perjalanan ini. Tepatnya di kilometer 25 ini, aku coba merenung sejenak akan semua perjalanan yang sudah kutempuh sejauh ini.

Ada banyak cerita sepanjang berlalunya setiap titian perjalanan ini. Aku sering menyebutnya ini sebuah serenade. Walau pada intinya aku tak begitu mengerti akan segala perihal makna kata. Begitu panjang perjalanan ini, setelah selang sehari dari KM. 25, kini aku ada disekitar KM. 25 lebih satu hari. Sekiranya aku masih sanggup menjalani semua ini, rasanya aku ingin terus berjalan mencapai tapal batas akhir dari perjalanan ini. Namun, tentunya saat ini aku tak mau sendiri (menjalani perjalanan ini).

Ada beberapa catatan penting yang ingin aku ceritakan pada cerita ini. Tentang setiap rupa cerita disepanjang perjalanan menuju KM. 25 ini.

Januari:

Awal tahun, biasanya diisi dengan resolusi baru untuk menyambut setahun ke depan yang penuh dengan obsesi dari segala pinta diri. Di bulan Januari ini pula aku mulai sibuk dengan segala aktivitas yang berkaitan dengan perjalanan studi. Di bulan ini, aku mulai menggapai asa untuk bisa melanjutkan studi ke Universitas Indonesia. Universitas impian dan cita-cita hampir sebagian orang menginginkan untuk menempuh studi di sana. Perjalanan pun berjalan sesuai rencana.

Februari:

Di bulan ini, deru aktivitas sedang dalam puncaknya. Alhamdulillah, dari semua pekerjaan di KM. 24 dapat aku lalui dengan lancar. Terasa sekali pada bulan ini aku rindu serupa sosok yang bisa menemaniku saat jenuh melanda. Namun, belum ada dia.

Maret:

Perjalanan di KM. 24 sudah mencapai seperempat perjalanan menuju KM. 25. Pada bulan inilah banyak sekali cerita yang sangat menyenangkan. Di penghujung perjalanan, akhirnya aku menemukannya. Ya, sosok yang selama ini aku rindukan untuk mencinta. Saat inilah saat-saat yang paling bahagia dalam perjalanan di KM. 24, sosok itu mulai menemaniku disetiap perjalanan ini. Akhirnya aku berdua dalam perjalanan menuju KM.25.

April, Mei, Juni:

Entah mengapa tiga bulan berlalu sangat cepat. Rasanya baru kemarin aku mulai melangkah untuk melanjutkan setiap perjalanan. Di Bulan-bulan ini aku sudah berada di setengah perjalanan di KM.24. Perjalanan yang tentunya aku lalui berdua denganmu. Dan dirinya terus mendekat seiring berubahnya cuaca di luar sana, aku semakin sering memeluknya dan member sedikit kenikmatan bercinta dan mencintai.

Juli:

Di bulan Juli ini, aku mulai disibukkan dengan sebuah keinginan untuk membahagiakan dirinya. Tepatnya di bulan ini, ada pergantian usia yang akan kita lewati. Usiamu yang berganti dan ada aku yang menemanimu melewatinya yang tentunya menjadi ‘kita’. Senang rasanya bisa melewati pergantian waktu tersebut bersamamu.

Ada kado spesial yang aku titipkan seiring satu kecupan manis yang selalu kuberi untukmu.

Perajalanan ini sudah mencapai titik di KM. 25. Ada banyak kejutan yang diberikan Tuhan untukku, setelah berbagai rintangan, hambatan, dan kegagalan. Benar, kegagalan hari ini merupakan kesuksesan yang tertunda. Dan akhirnya aku bisa meraihnya. Denganmu ‘aku bahagia’, dan aku mulai lembaran baru untuk meniti asa mencapai kemaslahatan ilmu diri.

:saat ini dalam perjalanan menuju (kembali ke rumah) Bandung…

Rabu, 08 Desember 2010

bagaimana pun harus terucap


bagaimana pun kau dengan keras melupakanku, namun kenangan akan selalu mengganggumu dalam ingatan.
bagaimana pun kau mengelak dengan mengatakan "tidak", namun tetap saja hatimu mengatakan "ya" untukku.
bagaimana pun kau bergegas--dengan tergesa--pergi, namun bayangan diriku akan selalu menemui titik perjumpaanmu.
bagaimana pun kau 'kekeh' dengan rasa yang ada, namun tidak akan mengubah pendirianku (untuk cinta)
Karena:
bagaimana pun hatiku telah terpanah oleh asmaranya.

Pesanku: bagaimana pun, perasaan harus tertuang dalam kata (tanpa rasa malu dan tabu tentu)

HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHahahahahahahahahahahahahahahaha

Selasa, 23 November 2010

rincik resah


saat ini yang ada mendung di hati. saat ini yang ada kegelapan disetiap sisi mata. saat ini aku masih tak bisa memercayai apa yang terjadi. saat ini aku lagi dalam nestapa tanpa ujung jua. saat ini aku sekedar merenung tanpa cita yang ada. saat ini aku tak bisa untuk sekedar berbuat. saat ini aku lumpuh dan tak berdaya. saat ini hanya sesak yang terasa di dada. saat ini aku ingin sendiri, tanpa bising tentang cerita cinta.

sebelumnya;
Aku memiliki harapan yang besar padamu (tadinya). Aku ingin mengukuhkan dirimu satu, untuk mengejar cita bersama (tadinya). Aku benar-benar mencintaimu, sungguh aku telah terpanah asmaramu (tadinya). Aku ingin bersama denganmu, selamanya(tadinya). Aku ingin membangun sebuah keluarga kecil, dengan harmoni yang indah yang ada (tadinya). Aku ingin membuatmu bahagia, karena itu cita-citaku (tadinya). Masih banyak yang ingin aku lakukan untukmu, denganmu, dan tentunya semua tentangmu aku ingin (tadinya). Saat ini yang ada, aku hanya melongo kosong tanpa sedikitpun harapan yang ada (tadinya).

Akhirnya;
Setiap perjumpaan dan perpisahan pada intinya sama, tinggal bagaimana kita menyikapinya.





p.s.: jujur, aku masih punya harapan denganmu.

Senin, 22 November 2010

...


Ayah, mungkin kau akan tertawa dengan senang ketika membaca tulisan ini. Tentunya kau juga akan merasa menang ketika membaca kegundahan (sakit hati, rasa sesal, kalah) yang aku tulis lagi. Lalu kau akan semakin menganggapku anak "gila", anak yang sakit jiwa..karena aku hanya bisa menuliskan kegundahan daripada membicarakannya dengan lugas dan sederhana.
Aku pun menyesal mengapa aku seperti ini, individu introvet yang sibuk dengan dunianya sendiri. Aku tidak autis ayah, tidak. aku sehat aku normal, hanya saja aku lebih memilih untuk sendiri daripada bersama-sama. karena dengan sendiri pun aku bisa tanpa harus menyimpul dengan yang lain. Aku pun sudah terbiasa dengan jarak yang kau berikan padaku. Walaupun aku tahu kau sayang padaku. Tapi rasanya rasa takkan cukup tanpa aplikasi nyata. Tanpa sentuhan, pelukan, dan percikan yang nyata ada. Rasa sayang tidak cukup dalam angan-angan. Rasa sayang harus ada nyata, Ayah.
Aku ingin menceritakan tentang 'dia'.
Ayah, saat ini aku sakit hati. Aku serasa dikhianati lagi oelh hati, rasa, dan cinta. Aku pernah bertanya padamu; "Apakah arti SETIA yang ada pada namaku?"
lalu kau menjawab (dulu)
"Aku harap kau menjadi manusia yang selalu setia pada agama, bangsa, dan kelak terhadap pasangan hidupmu".
Satu-satu aku mulai melanggar arti 'setia' yang dengan benar kau berikan untukku. Tapi, Ayah. Aku sakit hati lagi oleh cinta. Aku diabaikan lagi dengan keegoisan cinta yang ada. Aku terlalu takut untuk jatuh lagi. Aku terlalu takut untuk memulai lagi perasaan itu. Dulu ketika aku menangis (dihadapanmu) karena aku benar ditinggalkan, kau mencairkan dukaku;
"Akan ada yang menggantinya".
Tapi saat ini aku takut, Ayah. Aku takut untuk kehilangan lagi. Terlalu lama aku bisa memendam rasa yang ada dalam diri. Terlalu lama aku bergelut dengan waktuku saja. Kau tahu saat itu, ya 5 desember , ketika kau bisa melihat aku yang setengah gila karena kehilangan. Kau juga tahu pada saat itu aku kehilangan 'dia' karena Tuhan merengutnya dariku. Kau juga tahu betapa aku harus hidup dengan hampa tanpa benar adanya rasa cinta yang lebih besar yaitu darimu. Aku lelah, Ayah. Aku sekarang jatuh lagi, karena cinta

Apakah kau akan membiarkan aku jadi pengecut lagi? Aku sedih, Ayah.

wanita itu pergi atas nama cinta, atas nama cinta juga satu dua sahabat pergi. lalu, ada apa dengan cinta???

Rabu, 17 November 2010

for you

Nita…

I will make you happy.

I will definitely make you happy.

We might fight some more...you'll have more complaints about me...

There will be times I won't listen...But I want you to always be by my side.

Because, I will look after you forever

Please...Marry me.

Rabu, 06 Oktober 2010

NITA


Nit, bolehkah aku menjadi jari kelingkingmu?

yang engkau pakai untuk membersihkan lubang hidungmu

Nit, bolehkah aku menjadi jari tengahmu?

yang bisa engkau gunakan untuk memaki

Nita, bolehkah aku menjadi tangan kananmu?

yang engkau percaya..yang engkau percaya

Nita, bolehkah aku menjadi tulang punggungmu?

yang menyanggamu, yang menyangga tubuh indahmu

Nita, bolehkah aku menjadi tulang punggungmu?

yang bisa menafkahimu

Nita, bolehkah aku?

MENIKAHIMU

Selasa, 28 September 2010

jika Tuhan (ku) adalah Tuhan (mu)

Membicarakan Tuhan dalam diam. Coba menerka apa yang menjadi kehendak ketika coba melaku, dan tentunya gerak seakan jadi gagu karena ragu.
Benar adanya Tuhan ada ketika merasa, namun selalu saja ada tanya dalam resah. Ketika. Ya, ketika kita hanya mencoba menggunakan (mengingat, memanggil, mengerti, dan merasakan) ada Nya ketika resah muncul dalam sebuah upaya melawan segala ketidakberdayaan. Memang benar ada yang kuasa untuk melaku, namun diri ini selalu lusuh sebelum sempat mengeluh. Ya, ketidakberdayaan selalu menyerang diri di awal, sebelum persiapan akan serangan belum siap untuk berlaku. Tentang Tuhan, aku bertanya:
"Benar kita memujanya dengan ikhlas, atau hanya pembenaran pragmatis diri yang membutuhkanNya. Ya, hanya sekedar saja".

Minggu, 05 September 2010

Sebuah Episode

Setelah adanya waktu yang tersedia, tapi tak ada sedikitpun manfaat yang ada nyata. Mendengarkan saja kau sulit untuk berlaku, apalagi dayaku setelah kau tawarkan kata sabar yang selalu ada. Setiap kesempatan aku sekadar ingin bersimfoni dengan bayanganmu yang ada dalam benakku. Karena saat ini yang ada hanya upaya untuk mengingat saja yang menjadi resolusi akan rindu, selain komunikasi yang saat ini mulai hambar. Ya, berbicara yang hanya mengulang isi yang sama tanpa ada kebaruan. Katamu, “Sudahlah jangan lebay, jalani aja biarkan mengalir”. Sulit rasanya (untuk saat ini) mengerti jalan pikiranmu. Berat rasanya (ketika) aku harus jujur dengan perantara kata (tulisan) seperti ini, yang notabene hanya gundah sepihak. Mungkin katamu, “Kenapa tak bicara saja!”. Ah, rasanya (bagiku) kata saat ini justru menjadi jembatan pemisah yang sulit untuk aku lalui karena kau mematok kata peringatan: “Jangan lewati batas privasi kita”. Ya, seperti itulah keadaan suasana hati yang ada. Setidaknya ini hanya tafsiran sepihak, dan jika ada kesalahan baiknya kamu ingatkan aku. Dengan kata tentunya, bukan laku yang meminta respon untuk sekedar aplikasi dari rasa marah, sesal, dan bebal.

Setelah mimpi semalam, yang kamu pun tahu apa isinya. Aku tak lagi menemukan sosok dirimu dalam nyata. Aku sulit untuk mengatakannya, “Tak ada lagi kamu yang ada dalam dunia nyata”. Ya, tentang sosok dirimu, tantang tawamu, tentang suara indahmu, tentang merdunya nyanyianmu, dan tentang segala ekspresivitas dari dari setiap tuturan cerita. Karena saat ini kamu tak menampak ada sebagai kekasih yang penuh dengan rasa cinta dan bangga akan memiliki. Ini juga mungkin pertanda dari mimpi yang tersirat setelah istikharah, karena setelah itu aku pastikan tak ada lagi isyarat tentangmu. Mungkin Tuhan menitahkan aku untuk rehat, untuk istirahat dari segala pikir tentangmu. Tapi maaf, Tuhan. Aku tak ingin mundur dari gelisah ini, walaupun benar Kau yang menentukan segalanya, namun aku ingin usaha meluluhkan hatinya dulu. “Beri aku kesempatan itu”.

Pesanku:

“Jangan bertanya mengapa aku menulis cerita ini. Biarkan saja cerita ini ada apa adanya, seperti juga mengapa rasa cinta, senang, bahagia, dan saat ini sesal boleh ada. Ini hanya sebuah episode dari setiap alur yang boleh terjadi dari cerita tentang rasa kita. Ya, tentang kita, karena tokohnya adalah aku dan kamu tentunya”.


: "Aku titipkan bunga mawar ini, jangan kamu biarkan jadi layu atau mati kemudian".

Senin, 09 Agustus 2010

Kidung sesal dari pojok resah

...
Jadi: Mengapa semudah itu berpaling?
Jadi: Mengapa tidak berusaha berjuang untuk bertahan?
Jadi: Mengapa membiarkan diri untuk digoda atau menggoda di luar sana?
Ketika pada saat yang sama, banyak orang bahkan sampai kering air matanya dan pucat pasi karena terlalu banyak darah mengalir dan nyeri karena dalamnya kesakitan yang menusuk, saat mereka sekedar ingin untuk melangkah ke depan bersama-sama dengan yang dicita, kenapa di tempat lain ada banyak orang yang begitu mudah melepaskan seseorang yang dulu bahkan dipilihnya sendiri untuk dicinta dan dinikahi?

Aku kira
Aku pikir
aku yakin
kebahagian itu keseimbangan
Kau ?

...

Biar keajaiban saja yang merengutmu
seperti juga cerita ini boleh ada.




: Disadur dari tatal karya Dee dan Kuti, ditambah dengan puisi SEBUAH EPISODE karya Yvonne de Fretes

Jumat, 30 Juli 2010

Ode untuk Bapak

Bapak memberiku buku, ketika aku mulai sulit untuk mengeja
padahal
yang aku butuhkan (saat ini) pengertian
tentang apa mau

Selasa, 20 Juli 2010

(Lagi) Akupun terpanah asmara oleh indah rasa yang kau beri


Terpanah Asmara

Bunga Citra Lestari


mencintaimu
sesuatu yg tak bisa aku hindari
begitu kuat perasaan yg kurasakan
dirimu hadir di saat aku rindukan belaian
terpanah aku akan cinta yg kau tancapkan
reff:
dan kau bawa aku ke awan menghias langit
merangkai bintang2 menjadi sebuah kata
sebuah kata cinta

seindah-indahnya bila tersentuh hangatnya asmara
sebentuk cinta yg au beri apa adanya

reff2:
dan tercipta pelangi jiwa warnai hatiku
engkau anugerah terindah dariNya untukku
engkaulah kekasih separuh jiwaku


Sejumput rasa itu meraung, meledak, hingga melayang, dan lagi aku terkuatkan oleh rasa yang benar ada.

Rasanya meresapi lagu dengan lirik yang bermakna di atas (Terpanah Asmara-BCL) membuatku merasa adanya cinta itu. Ya, cinta ragu yang seolah menjadi keyakinan akan perasaan. Entah ini cuma sekedar latah (akan nyanyianmu tadi malam), atau memang benar aku semakin merasa cinta yang sesungguhnya. Dan tentunya lagi kepadamu (Refa Yuanita Azizah).

Jika aku adalah sebuah anugerah, tentunya kau adalah seorang yang benar pengugah rasa yang hebat. Dan kau membuatku mengerti akan kata dan rasa rindu, cinta, mencinta, setia, dan apa adanya tentang ketulusan hati. Lalu aku ingin berkata seperti ini padamu:

"Mari kita bersama. Kita bangun rumah sederhana (dalam hati kita), dengan hangatnya perasaan, tulusnya cinta, dan suasana hati yang satu merasa. Aku ingin kau menjadi istri dan ibu bagi anak-anakku kelak. Jika ini sebuah penawaran, tentunya aku berharap jawabnya ada dan 'dengan senang hati aku mau' kau menerimanya dengan sederhana. Ya, dengan sederhana, seperti aku yang selalu mencintaimu 'dengan sederhana' (dan selalu)".


:standar sih, cuma seperti inlah ungkapan perasaan 'yang aneh' ada...*_*

ps: I LOVE YOU