Senin, 22 Februari 2010

Tentang Hujan Hari ini...


Catatan ini aku tulis ketika hujan datang;

"Tik..tik..tik..." Begitulah bunyi awalnya..Lalu..
Hujan itu datang dan semakin menderas. Aku merasa langit mulai terus menghitam dan terus menghitam. Menawan sang awan semakin kelam dan hendak terjerembam dalam.
Mengapa harus ada bunyi ketika semua sunyi dan sebentar (lagi) malam?
dalam kelam aku berujar:
"Sebenarnya aku kenang kamu ketika hujan menjelang".

Jumat, 19 Februari 2010

About Love...


You love me like flowers
that love God's words.
Never tired of spreading their
aroma happiness.
Never tired of calming down their
worries.

You love me like the sun
that love us, thy God.
Never tired of radiating
its bright light.
Never tired of valuing life...

Senin, 15 Februari 2010

ke-Putus-an

Aku selalu berujar (padamu) dengarkan kata-kataku, jangan kamu pinta aku untuk berjanji. Lalu, kamu pun paham mengapa aku tidak suka berjanji.
"Karena pada dasarnya janji itu untuk diingkari".
Benar. Benar sekali, apa yang kamu katakan tersebut. Sekarang mengapa harus ada lagi kata 'kenapa' sebagai bentuk tanya. Apa kamu mulai ragu lagi padaku? Apa kamu mulai cemburu lagi padaku? kamu hanya diam tak berkata, lalu diam dalam tangis yang sendu. Sebenarnya bukan bahasa diam yang kupinta, namun bahasa sayang yang selalu ada dalam nuansa cinta. Aku tak tahan dengan tangismu.
"Diam. Ya, cukup diam saja." sembari aku memeluknya. "Rasakan saja pelukanku ini, menangislah dalam pelukanku ini. Ssstt..sudah tak perlu kamu berkata lagi. Lelap dan nikmati madu dalam setiap ciuman yang kuulas untukmu. Ya, aku sayang kamu. Maafkan aku selalu membuatmu menangis. Maaf aku selalu membuatmu cemas. maaf pula aku selalu membuatmu tidak percaya. Aku percaya, semua ini dapat menguatkan. Bukan cuma kamu tapi terlebih aku. Aku yang selalu harus kuat menghadapi fluktuasi rasa sayangmu. betul aku harusnya menikmati bentuk sayang yang diberi. Walau sayang tersebut kadang aku tak mengerti, karena kamu kemas dalam rasa possesif, tak percaya, dan selalu cemburu. Ya, aku tahu sekarang..kamu sayang aku".
Sebenarnya ada rasa malu yang tabu untuk kuceritakan. Aku menangis juga dalam hangatnya pelukan.
Pelan-pelan mulai terasa tangis itu mereda. Aku beranjak sejenak. Sebentar kemudian dia mulai memelukku dari belakang.
"Putuskan saja aku, biar kamu tenang".



Lepaskanlah..ikatanmu dengan aku biar kamu senang
Bila berat melupakan aku..pelan-pelan saja.*
(Kotak-pelan-pelan saja)