Kamis, 18 Agustus 2011

Renungan 66

Aku kira, aku pikir ini posisi yang menyenangkan—untuk kita. Mengapa? Ya, karena aku, kamu, dan semuanya bisa berdiri sama tinggi duduk sama rendah. Lho??? Ya, iyalah. Diposisi seperti ini—posisi 66—harusnya bisa sama rata sama rasa. Bisa adil, bijaksana loh jinawi (yang sayang hanya sebuah slogan semata). Posisi ini mengajak kita sejahtera sebagai bangsa, yang lagi-lagi aku harus mengatakannya “seharusnya!”. Namun, sekedar renungan saja dan ini hanya gundah sepihak dari si-Aku, yang notabene bagian kecil juga dari republik ini.

Aku kira, aku pikir posisi ini mungkin tidak merangsang—pihak pemerintah. Mengapa? Karena mereka butuh sensasi dengan berbagai alasan politis yang manis. Lho??? Ya, iyalah. Mereka lebih senang dengan emosi liar yang lebih erotis. Biar bisa lebih adil, nikmat, dan terpuaskan bersama—katanya. Jadinya sama rasa kan? Walaupun belum tentu sama rata.

Pola ini yang mereka kembangkan: Posisi/ Gaya 69, “Ah...Nikmat”. Kata mereka.




: Untuk HUT RI yang Ke 66...Jayalah selalu negeriku!

Selasa, 16 Agustus 2011

:Sebuah Pesan

Berdasarkan serupa makna yang ada, aku berlari mengejar semua yang tak sama dalam penantian akan sepi. Aku berupaya menunggu sesuatu yang tampaknya pasti, namun angan ingin berlari kembali dalam balutan duka yang semakin menyiksa. Oh, mengapa ada satu galau rasa? Tidak berhenti dalam sebuah harap yang pasti akan pada suatu makna yang satu. Hari ini tepat disekitaran bulan Agustus yang panas, aku berlari kembali dalam setiap pancaran setiap sinar matari yang menyengat.

Hidup harus terus berjalan—meski—tanpamu.

Jumat, 05 Agustus 2011

Elegi

Biarkan saja irama angin yang ada mengajakmu kemari, biar
rasa yang ada antara kita beradu dalam setiap pusaran mata angin
Biarkan saja waktu berlalu, karena langkah kita terlalu padu untuk sekedar berlalu
begitu saja
aku berujar, "jangan dengarkan mereka..."
biar
berlalu seperti kentut--yang hakikatnya angin juga, bukan?