Selasa, 14 Februari 2012

untitled

:

Kebersamaan ini aku beri nama sebuah HARMONIE.

Entah mengapa aku ingin menyebutnya seperti itu. Pastinya, alunan sebuah cerita yang ada saat ini merupakan rangkaian peristiwa yang selalu membekas sebagai bingkai indah dalam nuansa. Ya, selalu indah berdua dengan berbagai macam cerita. Untukmu, cerita ini kubingkai dalam senja yang temaram namun tetap indah untuk dipandang.

Ada saat semua harus berubah. Semua mencari muara tempat bagi masing-masing diri untuk berpulang yang entah ada dalam suka maupun duka—dalam prosesnya. Setiap pencari tentunya akan semakin merasakan samsara dalam setiap perjalan yang ditempuhnya. Namun, bukankah setiap hidup ini adalah cobaan yang selalu coba kita terka? Benar dan akan adanya misteri seputar tentang waktu. Yang entah lagi-lagi kita hanya mencari muara di mana kita akan berada.

Lain dulu lain sekarang, lain pula cerita yang ada dalam bingkai senja yang temaram tadi. Membicarakanmu, rasanya takkan cukup untaian kata ini aku susun dalam beberapa susunan kalimat, lengkapnya paragraph, atau pun logisnya sebuah wacana. Karena aku menulis—cerita ini—bukan untuk dibaca secara kasat mata. Tapi ini ada antara makna dan tafsiran hati. Lho..bukankah bahasa selalu menampilkan berbagai makna dalam sebuah tafsiran? Dan bukankah setiap teks intinya terdiri dari manifest dan laten? Itu teorinya, dan makna kadang tak butuh hal yang sifatnya teoretis belaka, bukan?

“Atas nama samsara yang aku lalui, aku ucap rasa cinta yang dalam padamu”


: Aku menulis karena malam ini valentine