Membicarakan cinta, tentu membicarakan rasa. Tentang kisah, tentu ada perjalanan yang menjadi suatu proses menemui 'ada'nya. Ketika cinta itu hadir dalam diri, tentu saja ada sedikit banyak hati yang berbunga. Begitulah kira-kira sabda orang bijak. Untuk sesuatu hal tentang cinta, kiranya kita perlu membatasi semua jera dalam menghadapi jenuhnya rasa itu ketika menemui titik kejenuhan tersebut.
Aku ingin kau seperti Wartini yang setia pada Jajang yang tidak sempurna. Ketidaksempurnaan tersebut menjadi sempurna ketika cinta tumbuh ditengah bising ejekan, usilan, dan juga celaan dari orang yang tak bisa menerima kekurangan sebagai bentuk kemajemukan. Lalu kau bertanya, bagaimana jika posisinya terbalik dan aku ada diposisi yang tidak sempurna tersebut? begitu katamu.
Aku yakinkan dirimu, bahwa aku mencintaimu dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirimu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana (begitu kata Sapardi). Dan aku ingin mencintaimu ketika hidup, begitupun setia jika kau lebih dulu kembali pada-Nya.
Aku kembali teringatkan akan memori tentang cinta yang sempurna ini, walaupun pada akhirnya tidak sempurna karena orang lain telah merebutnya dariku;
Perempuan itu bernama Fe. Jalinan cinta dengannya begitu syahdu di awal cerita. Pertemuan dengannya tak lepas dari buku, dan memang selama ini selalu bukulah yang menjadi jembatan yang menghubungkan aku dengan beberapa teman (baik dekat maupun biasa). Dirinya jujur sembari menangis menceritakan tentang ketidaksempurnaannya, dirinya mengidap tumor payudara. Dan cerita itu yang menjadi awal kesempurnaan cintaku. Ketika itu aku dihadapkan pada dua pilihan yang diajukannya:
"Kau boleh meninggalkan aku setelah tahu cerita ini, dan aku akan bahagia jika kau bisa bersamaku menjalani hari ini untuk selamanya. Tapi ini pilihan, dan kau yang harus memilihnya!". Begitu katanya.
Aku sadar akan konsekuensi dari ketahuan yang muncul setelah cerita tersebut. Aku dillema terhadap pilihan yang diajukannya. Namun, rasa ini benar dari hati. Dan seolah tak mau tahu dengan kondisi yang ada dalam ketidaksempurnaan tersebut. Aku yakini rasa ini, dan aku jujur berkata:
"Ini hanya ujian, seperti halnya hidup semua tentu merupakan ujian yang harus kita jalani. Aku senang mendengar kau jujur tentang semua ini. Dan soal rasa tak perlu kau ragukan kesetianku. Aku menerima kau apa adanya. Karena bukan cantik yang kucari darimu, tapi ketulusan hati yang ada. Aku mencintaimu".
Selang waktu. Aku mulai terbiasa dengan keadaan yang ada. Awalnya cinta ini mengalir dengan sendirinya. Namun muara yang ada diakhir cerita lain dengan yang selama ini menjadi cita dan harapan tentangnya. Hingga suatu saat terdengarlah kabar yang membuat rasa yang sempurna ini menjadi sesuatu yang tak tentu ujungnya hingga akhirnya berakhir. Setelah kau menerima lamaran orang itu, aku hancur dan tentunya tak mengerti dengan makna kesempurnaan tersebut. Ternyata benar, sakit itu mahal dan mimpi itu harus terbeli dengan sepicis uang dan kesenangan yang terberi. Bukan janji-janji yang menjadi pemanis seakan semuanya itu sempurna dalam khayalan.
"Fe, kamu memang tak bisa seperti Wartini yang mencintai Jajang dengan sempurna. Tapi tak apalah!".
Larut sejenak dalam kenangan, lalu tersadar ada kau yang ada saat ini untuk belajar setia denganku. Tapi mengapa kita selalu bertengkar dengan segala nikmat yang ada? bukankah seharusnya kita belajar pada Wati dan Jajang. Ya, belajar menerima kekurangan, ketidaksempurnaan, dan ketidaksamaan kita sebagai masing individu.
"Aku mencintaimu dengan segala kelebihan dan kekuranganmu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana (kata Sapardi). Aku ingin ciptakan suasana yang bahagia denganmu. Ya, Nit. Rasanya aku cukup bahagia dengan kondisi seperti ini, aku bahagia dengan mendengar tawamu, melihat senyumanmu, dan tentunya ekpresivitas setiap tuturan cerita yang keluar dari mulutmu. Kita bisa lebih baik lagi".
ps: Aku menulis cerita ini tanpa pretensi apapun.
Senin, 26 April 2010
Selasa, 13 April 2010
Replik
Semalam aku menari dalam balutan suka, yang entah mengapa aku bisa merasa suka. Mungkin ini tentang rasa suka yang teramat sangat (padamu). Ya, tentang perasaan yang ada saat ini, besok lusa, dan mungkin untuk nanti.
Teruntuk kamu yang indah dan ada saat ini, dengarkanlah:
"Aku tidak terbiasa berbicara, untuk sebuah ungkapan adakalanya aku sulit bertutur. Namun tentang rasa ini, sedikit saja aku beranikan diri untuk mengatakannya. Ya, Nit. Aku suka kamu karena itu aku berharap adanya kamu dan tentunya rasa ini. Temani aku ketika aku lemah, dukung aku ketika jaya. dan cintai aku dalam segala rasa, maka kita akan bersenyawa (dalam cinta)".
:terima kasih Refa Yuanita Azizah (cintaku...momo)
Langganan:
Postingan (Atom)