
Sebentar
tadi—sepanjang perjalan—aku coba memikirkan tentang masa depan, tentang kita,
tentang ruang yang akan kita isi dengan penuh rencana yang nyata. Selalu saja
aku tersipu dengan banyak rencana konyol yang seolah harus mendahului takdirnya
untuk menjadi nyata.
“Aku ingin
begini... aku ingin begitu..” begitu katamu yang banyak mau. Lalu, aku hanya
tertawa dengan segala sikap gilamu yang anehnya aku suka. Aku pernah katakan;
“Suaramu bagus
untuk sebuah rasa, dan baiknya kita bernyayi bersama bukan? Mari bersama.”
Kelak tulisan ini
akan menjadi bagian dari sejarah, sebagaimana kita berdua memaknai hubungan ini
dengan penuh rasa yang dewasa. Untuk apa, katamu? Lalu akan kukecup bibirmu
sebagai tanda bahwa aku menyayangimu. Sungguh.
p.s.: tunggu aku
di KM. 27