Rabu, 02 September 2009

Cake (ode untuk teman)

"Besok, cicipi kue ku lagi ya, kawan."
Seperti itulah permintaannya pada malam tadi. Entah kenapa dirinya hanya mau dan percaya bahwa kue hasil karyanya harus aku coba--dan memang kuenya enak.
Entah untuk keberapakalinya kue buatannya aku cicipi, tentunya dalam nuansa dan suasana yang seperti biasanya; ada tema, ada diskusi, ada tanya, ada jawab, ada-ada yang lainnya, yang menjadi muara dalam pertemuan dengan dirinya selalu.
"Wah, resep baru lagi neh?" Tanyaku sesaat.
"Kenapa? Ga enak ya?" Jawabnya. Saat itu ada murung dalam mukanya.
"Bukan gitu, cuma terlalu banyak tape-nya, kawan."
Ya, saat itu dirinya mencoba membuat kue dari bahan tape. Tapi pada dasarnya enak dan selalu yang aku inginkan adalah suasana itu, yang tidak aku temukan dengan yang lainnya.

Bukan hanya tentang kue yang ingin aku ceritakan dalam cerita ini, namun tentang sahabat yang selalu ada dalam setiap cerita tentangnya;
"Kawan, bukan hanya merajuk ingin saja, dalam cerita tentang indah persahabatan ini ada begitu banyak kagum yang sebenarnya ingin kuceritakan. Namun, kata/bahasaku tidak cukup untuk menerjemahkan ingin tersebut menjadi makna kata. Dirimu pun tahu, tanpa aku harus berkata pun, tentu tahu sebetulnya apa yang ingin aku ucapkan. Haha...begitulah aku yang menurutmu melankolis, sulit dimengerti, dan serba susah untuk menunjukkan laku sebagai sebuah representasi diri. Sebegitu dekatkah kita? Sebegitu mengenalkah kita? Ah...rasanya sikap tak adil ada padaku, yang tak bisa selugas, secermat, se-sederhana dirimu dalam ungkap kagum atas makna. Biarkan saja semua begini adanya, dengan sikap rendah hati aku ucapkan salute untukmu, kawan."
Masih ingat dalam pertemuan terakhir denganmu, ada semangat yang sama ketika kita beranjak pada fase selanjutnya dalam pencarian tentang manfaat diri;
"Kelak, suatu hari nanti kita ketemu lagi di tempat ini, dengan kedudukan dan nuansa yang baru. Kita harus bisa lebih berguna dari hari ini, untuk esok, lusa, dan seterusnya." Kata-kata yang masih kuingat darinya, ketika pertemuan harus dibatasi oleh ruang waktu dan jarak yang terlalu menganga. Satu yang pasti aku rindukan dalam indahnya dirimu;
"Aku rindukan setiap detik pertemuan denganmu; tentang nuansa, tentang suasana, tentang tanya, dan tentang jawab yang selalu ada, dan tentunya Aku rindu mencicipi kue buatanmu lagi."


:
Lukisan kata sederhana dariku untuk kawan ANP; "Kawan, kamulah juaranya. Salute!"

4 komentar:

Scatching Randomness mengatakan...

vid...vid...
ANP teh sejenis kue sanes?? resep baru yah?? aku mau tahu :D

iDaites mengatakan...

ANP: Andalusia Neneng Permatasari...Ya, kasih aja jadi nama kue mu.hehehe

Scatching Randomness mengatakan...

sebenarnya kamu sangat mdh untuk dipahami kawan, karena mata dan lakumu selalu jujur ungkapkan apa yg kau pikirkan dan rasakan.

begitulah menurutku :D

iDaites mengatakan...

jelakan padaku arti lambang :D
Takut salah interpretasi.
Makasih ya.