"Secangkir kopi saja cukup!" Pesanku saat itu.
Secangkir kopi dengan seruput kenikmatan. Setidaknya menghilangkan duka--yang mungkin sebetar lagi datang--ketika kamu pergi. Biar saja aku nikmati barang sebentar wajahmu, sambil menikmati secangkir kopi ini.
"Ini keputusan berat bagiku untuk meninggalkan asa". Begitu katamu. Namun, sayangnya semua tampak nyata ketika kata sudah tak mampu lagi mengajakmu untuk bertahan--di sini. Dengan upaya apa lagi agar semua rancana itu bisa berhenti sebatas wacana saja? Masih banyak titian yang mungkin bisa kamu capai sebagai bagian dari alu waktu. Bersama di sini dengan sebatas rangkaian ilmu yang coba direguk olehmu.
"Aku tidak bisa memaksamu!".
Mungkin saat ini kamu siap bergegas untuk pergi, yang entah kemana, kapan, dan untuk sesuatu hal apa aku tak tahu. Akan menjadi sebuah kenangan ketika pergi, sama seperti saat pertama berjumpa. Karena pada dasarnya setiap pertemuan dan perpisahan hakikatnya sama, bagaimana kita memaknainya.
Dalam secangkir kopi tidak hanya bercerita tentang persahabatan, obrolan, dan gurauan semata. Namun lebih jauh bagaimana menghilangkan rasa pahit yang ada dalam diri, agar rasa manis ada kembali seperti kopi dengan gula yang menyatu.
"Secangkir teh manis saja cukup!" Pintaku saat ini. Karena secangkir kopi akan mengingatkanku padamu.
p.s.: Untuk "F" semoga menemukan nuansa baru yang lebih indah. Kami di sini merasa kehilanganmu--sungguh.
3 komentar:
Sangat kehilangan :(
apa sih, sok tahu deh anak kecil...hehe
Posting Komentar