Rabu, 07 Maret 2012

Titik Temu


Awal Cerita,
“Ternyata tak selamanya kita cuma bisa berdiam saja”. Katamu
“Bukannya kita sudah ngobrol bukan?”
Lalu tertawa sepertinya menjadi bagian asik dari nuansa yang tercipta dalam setiap canda.
“Begitu bukan?”
"Ya.." Katamu
Sejenak aku pandangi wajah ayu parasmu, yang entah mengapa lidahku sulit untuk sekedar memuji dalam sedikit bahasa. Aku melamun sembari memandangi arus air yang sejauh ini tak bisa mengusik setiap pandangan akan kebahagiaan makna.Yang tentunya makna ada sebagai bagian dari representasi akan nuansa--yang ada. 
"Hahaha..."
"Apa?" Kataku.
"Lucu"
"Lalu?"
Setiap pertemuan akan menemui titik syahdu dalam balutan suka. Yang anehnya, aku seperti bercermin darimu. Seperti melihat titik temu yang satu, sekilas pandang tentang laku yang coba (meN-) satu. Setidaknya bolehlah aku katakan ada makna lain yang kulihat dari cara berucap, menatap, dan memaknai perjumpaan ini. Sepertinya 'kita' bisa merasa satu seperti itu.
"Kalau Batak sendirian ngapain?" Kataku
.....................................................................




: Untuk sahabatku Ira Naomi N.P. "Ada ruang yang sengaja aku kosongkan untuk kau isi, kawan".

Tidak ada komentar: