Selasa, 23 November 2010

rincik resah


saat ini yang ada mendung di hati. saat ini yang ada kegelapan disetiap sisi mata. saat ini aku masih tak bisa memercayai apa yang terjadi. saat ini aku lagi dalam nestapa tanpa ujung jua. saat ini aku sekedar merenung tanpa cita yang ada. saat ini aku tak bisa untuk sekedar berbuat. saat ini aku lumpuh dan tak berdaya. saat ini hanya sesak yang terasa di dada. saat ini aku ingin sendiri, tanpa bising tentang cerita cinta.

sebelumnya;
Aku memiliki harapan yang besar padamu (tadinya). Aku ingin mengukuhkan dirimu satu, untuk mengejar cita bersama (tadinya). Aku benar-benar mencintaimu, sungguh aku telah terpanah asmaramu (tadinya). Aku ingin bersama denganmu, selamanya(tadinya). Aku ingin membangun sebuah keluarga kecil, dengan harmoni yang indah yang ada (tadinya). Aku ingin membuatmu bahagia, karena itu cita-citaku (tadinya). Masih banyak yang ingin aku lakukan untukmu, denganmu, dan tentunya semua tentangmu aku ingin (tadinya). Saat ini yang ada, aku hanya melongo kosong tanpa sedikitpun harapan yang ada (tadinya).

Akhirnya;
Setiap perjumpaan dan perpisahan pada intinya sama, tinggal bagaimana kita menyikapinya.





p.s.: jujur, aku masih punya harapan denganmu.

Senin, 22 November 2010

...


Ayah, mungkin kau akan tertawa dengan senang ketika membaca tulisan ini. Tentunya kau juga akan merasa menang ketika membaca kegundahan (sakit hati, rasa sesal, kalah) yang aku tulis lagi. Lalu kau akan semakin menganggapku anak "gila", anak yang sakit jiwa..karena aku hanya bisa menuliskan kegundahan daripada membicarakannya dengan lugas dan sederhana.
Aku pun menyesal mengapa aku seperti ini, individu introvet yang sibuk dengan dunianya sendiri. Aku tidak autis ayah, tidak. aku sehat aku normal, hanya saja aku lebih memilih untuk sendiri daripada bersama-sama. karena dengan sendiri pun aku bisa tanpa harus menyimpul dengan yang lain. Aku pun sudah terbiasa dengan jarak yang kau berikan padaku. Walaupun aku tahu kau sayang padaku. Tapi rasanya rasa takkan cukup tanpa aplikasi nyata. Tanpa sentuhan, pelukan, dan percikan yang nyata ada. Rasa sayang tidak cukup dalam angan-angan. Rasa sayang harus ada nyata, Ayah.
Aku ingin menceritakan tentang 'dia'.
Ayah, saat ini aku sakit hati. Aku serasa dikhianati lagi oelh hati, rasa, dan cinta. Aku pernah bertanya padamu; "Apakah arti SETIA yang ada pada namaku?"
lalu kau menjawab (dulu)
"Aku harap kau menjadi manusia yang selalu setia pada agama, bangsa, dan kelak terhadap pasangan hidupmu".
Satu-satu aku mulai melanggar arti 'setia' yang dengan benar kau berikan untukku. Tapi, Ayah. Aku sakit hati lagi oleh cinta. Aku diabaikan lagi dengan keegoisan cinta yang ada. Aku terlalu takut untuk jatuh lagi. Aku terlalu takut untuk memulai lagi perasaan itu. Dulu ketika aku menangis (dihadapanmu) karena aku benar ditinggalkan, kau mencairkan dukaku;
"Akan ada yang menggantinya".
Tapi saat ini aku takut, Ayah. Aku takut untuk kehilangan lagi. Terlalu lama aku bisa memendam rasa yang ada dalam diri. Terlalu lama aku bergelut dengan waktuku saja. Kau tahu saat itu, ya 5 desember , ketika kau bisa melihat aku yang setengah gila karena kehilangan. Kau juga tahu pada saat itu aku kehilangan 'dia' karena Tuhan merengutnya dariku. Kau juga tahu betapa aku harus hidup dengan hampa tanpa benar adanya rasa cinta yang lebih besar yaitu darimu. Aku lelah, Ayah. Aku sekarang jatuh lagi, karena cinta

Apakah kau akan membiarkan aku jadi pengecut lagi? Aku sedih, Ayah.

wanita itu pergi atas nama cinta, atas nama cinta juga satu dua sahabat pergi. lalu, ada apa dengan cinta???

Rabu, 17 November 2010

for you

Nita…

I will make you happy.

I will definitely make you happy.

We might fight some more...you'll have more complaints about me...

There will be times I won't listen...But I want you to always be by my side.

Because, I will look after you forever

Please...Marry me.

Rabu, 06 Oktober 2010

NITA


Nit, bolehkah aku menjadi jari kelingkingmu?

yang engkau pakai untuk membersihkan lubang hidungmu

Nit, bolehkah aku menjadi jari tengahmu?

yang bisa engkau gunakan untuk memaki

Nita, bolehkah aku menjadi tangan kananmu?

yang engkau percaya..yang engkau percaya

Nita, bolehkah aku menjadi tulang punggungmu?

yang menyanggamu, yang menyangga tubuh indahmu

Nita, bolehkah aku menjadi tulang punggungmu?

yang bisa menafkahimu

Nita, bolehkah aku?

MENIKAHIMU

Selasa, 28 September 2010

jika Tuhan (ku) adalah Tuhan (mu)

Membicarakan Tuhan dalam diam. Coba menerka apa yang menjadi kehendak ketika coba melaku, dan tentunya gerak seakan jadi gagu karena ragu.
Benar adanya Tuhan ada ketika merasa, namun selalu saja ada tanya dalam resah. Ketika. Ya, ketika kita hanya mencoba menggunakan (mengingat, memanggil, mengerti, dan merasakan) ada Nya ketika resah muncul dalam sebuah upaya melawan segala ketidakberdayaan. Memang benar ada yang kuasa untuk melaku, namun diri ini selalu lusuh sebelum sempat mengeluh. Ya, ketidakberdayaan selalu menyerang diri di awal, sebelum persiapan akan serangan belum siap untuk berlaku. Tentang Tuhan, aku bertanya:
"Benar kita memujanya dengan ikhlas, atau hanya pembenaran pragmatis diri yang membutuhkanNya. Ya, hanya sekedar saja".

Minggu, 05 September 2010

Sebuah Episode

Setelah adanya waktu yang tersedia, tapi tak ada sedikitpun manfaat yang ada nyata. Mendengarkan saja kau sulit untuk berlaku, apalagi dayaku setelah kau tawarkan kata sabar yang selalu ada. Setiap kesempatan aku sekadar ingin bersimfoni dengan bayanganmu yang ada dalam benakku. Karena saat ini yang ada hanya upaya untuk mengingat saja yang menjadi resolusi akan rindu, selain komunikasi yang saat ini mulai hambar. Ya, berbicara yang hanya mengulang isi yang sama tanpa ada kebaruan. Katamu, “Sudahlah jangan lebay, jalani aja biarkan mengalir”. Sulit rasanya (untuk saat ini) mengerti jalan pikiranmu. Berat rasanya (ketika) aku harus jujur dengan perantara kata (tulisan) seperti ini, yang notabene hanya gundah sepihak. Mungkin katamu, “Kenapa tak bicara saja!”. Ah, rasanya (bagiku) kata saat ini justru menjadi jembatan pemisah yang sulit untuk aku lalui karena kau mematok kata peringatan: “Jangan lewati batas privasi kita”. Ya, seperti itulah keadaan suasana hati yang ada. Setidaknya ini hanya tafsiran sepihak, dan jika ada kesalahan baiknya kamu ingatkan aku. Dengan kata tentunya, bukan laku yang meminta respon untuk sekedar aplikasi dari rasa marah, sesal, dan bebal.

Setelah mimpi semalam, yang kamu pun tahu apa isinya. Aku tak lagi menemukan sosok dirimu dalam nyata. Aku sulit untuk mengatakannya, “Tak ada lagi kamu yang ada dalam dunia nyata”. Ya, tentang sosok dirimu, tantang tawamu, tentang suara indahmu, tentang merdunya nyanyianmu, dan tentang segala ekspresivitas dari dari setiap tuturan cerita. Karena saat ini kamu tak menampak ada sebagai kekasih yang penuh dengan rasa cinta dan bangga akan memiliki. Ini juga mungkin pertanda dari mimpi yang tersirat setelah istikharah, karena setelah itu aku pastikan tak ada lagi isyarat tentangmu. Mungkin Tuhan menitahkan aku untuk rehat, untuk istirahat dari segala pikir tentangmu. Tapi maaf, Tuhan. Aku tak ingin mundur dari gelisah ini, walaupun benar Kau yang menentukan segalanya, namun aku ingin usaha meluluhkan hatinya dulu. “Beri aku kesempatan itu”.

Pesanku:

“Jangan bertanya mengapa aku menulis cerita ini. Biarkan saja cerita ini ada apa adanya, seperti juga mengapa rasa cinta, senang, bahagia, dan saat ini sesal boleh ada. Ini hanya sebuah episode dari setiap alur yang boleh terjadi dari cerita tentang rasa kita. Ya, tentang kita, karena tokohnya adalah aku dan kamu tentunya”.


: "Aku titipkan bunga mawar ini, jangan kamu biarkan jadi layu atau mati kemudian".

Senin, 09 Agustus 2010

Kidung sesal dari pojok resah

...
Jadi: Mengapa semudah itu berpaling?
Jadi: Mengapa tidak berusaha berjuang untuk bertahan?
Jadi: Mengapa membiarkan diri untuk digoda atau menggoda di luar sana?
Ketika pada saat yang sama, banyak orang bahkan sampai kering air matanya dan pucat pasi karena terlalu banyak darah mengalir dan nyeri karena dalamnya kesakitan yang menusuk, saat mereka sekedar ingin untuk melangkah ke depan bersama-sama dengan yang dicita, kenapa di tempat lain ada banyak orang yang begitu mudah melepaskan seseorang yang dulu bahkan dipilihnya sendiri untuk dicinta dan dinikahi?

Aku kira
Aku pikir
aku yakin
kebahagian itu keseimbangan
Kau ?

...

Biar keajaiban saja yang merengutmu
seperti juga cerita ini boleh ada.




: Disadur dari tatal karya Dee dan Kuti, ditambah dengan puisi SEBUAH EPISODE karya Yvonne de Fretes