Sabtu, 24 Mei 2008

Kolerasi Sastra dengan Filsafat


Wawancara dengan Ahmad Syamsu Rizal (dosen filsafat UPI)

Wawancara ini bertempat di jurusan MKDU UPI. Perihal hubungan antara filsafat dengan sastra, dan juga manfaat sastra yang bermuatan filsafat.

Bagaimana hubungan antara filsafat dengan sastra menurut anda?
Hubungan filsafat dengan sastra adalah berkenaan dengan muatan itu, filsafat akan bermakna dalam sastra kalau sastra diisi dengan nilai-nilai karena filsafat hasil perenungan manusia untuk menemukan jatidirinya. Jadi disini sastra berfungsi mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut sedemikian rupa berdasarkan karaker sastra. Sastra mengandung unsur hiburan sehingga nikmat dibaca. Keuntungan filsafat dengan sastra yaitu pemikiran kefilsafatan jadi tidak terasa. Sastra tidak menggurui beda dengan filsafat yang murni. Filsafat disebut sebagai pengetahuan lapis kedua bahkan ketiga.

Bagaimana kaitanya antara sastra dan filsafat dalam nilai-nilai?
Kalau sastra dan filsafat bekerja sama maka keduanya akan mendapat keuntungan jadi sastra tidak kering dari nilai-nilai kehidupan. Objek dari filsafat realitas kehidupan yang penuh makna atau pemaknaan terhadap kehidupan itu sendiri. Sastra akan lebih berisi tidak hanya hasil khayalan tanpa bobot tapi menjadi rekayasa bahasa sehingga mengandung nilai edukatif yang mengandung nilai kehidupan. Sastra dan filsafat bisa membawa kehidupan sosial lebih bermakna.

Lalu bagaimana sebuah sastra yang baik menurut anda?
Sastra yang baik itu adalah sastra yang mengandung nilai, yang membawa kematangan melalui pemaknaan-pemaknaan. Terhadap fenomena kehidupan. Orang tidak hanya kagum pada penghargaanya saja. Sastra yang bisa menyampaikan misi. Jadi sastra yang mengandung edukatif. Proses edukatif terjadi bila terjadi proses pembelajaran pada pembacanya.

Lalu bagaimana anggapan tentang sastra untuk sastra atau seni untuk seni?
Paham inilah yang akan mengarahkan pada paham dehumanisasi atau hilangnya nilai-nilai kemanusiaan. Efeknya manusia akan jadi alat yang di eksplore oleh karyanya sendiri. Seni menjadi simbol yang agung yang akhirnya manusia-manusia jadi korban. Seni seolah menjadi dewa atau lebih ekstrimnya seakan menjadi Tuhan yang tidak bisa diganggu gugat. Sebuah contoh adalah peristiwa yang terjadi di Meksiko 20 ribu orang telanjang di sebuah lapangan. Itu disebut seni. Lalu apa salahnya ini adalah seni. Pandangan ini benar secara seni. Akan tetapi kita sebagai manusia selalu ada nilai kemanusiaan. Apapun yang diciptakan manusia maka sewajarnya harus membantu manusia. Membantu manusia meningkatkan kualitas manusia dan bukan menjerumuskan. Maka sastra harus diberi bobot dengan nilai-nilai kemanusiaan. Seni itu harus mengarahkan pada kehidupan. Dibalik keindahan ada nafsu sebagai karakteristik kebinatangan. Hingga seni menjadi kenikmatan duniawi yang rendah. Bila tidak bisa membedakan keindahan dan nafsu maka akan mengatakan wanita telanjang itu sebagai seni. Jadi disinilah pengambilan keputusan yang tidak bisa membedakan pemahaman yang berdasarkan seni atau nafsu.

Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan reka bahasa yang anda ucapkan tadi?
Bahasa adalah alat komunikasi. Alat jangan jadi tujuan. Sastra demi sastra maka disini terjadi alat jadi tujuan. sastra sebagai alat komunikasi yang dapat direkayasa yang mengandung misi. Keunggulan sastra yaitu menggairahkan hidup maka mesti bahasa sekedar simbol tapi ia memiliki daya tarik sendiri.

Bagaimana sastra yang mengandung nilai kemanusiaan?
Sastra adalah alat untuk mengkomunikasikan nilai-nilai kemanusiaan. Kenapa harus dengan sastra? Karena manusia bosan dengan pengajaran-pengajaran. Nilai sesuatu yang memberatkan bagi manusia. Akan tetapi bila dibungkus dengan sastra, nilai-nilai itu menjadi ringan dan merasuk dalam dirinya tanpa terasa. Unsur utama bahasa sastra adalah kemasanya. Hal ini jangan direduksi terlalu jauh karena nanti akan kehilangan fungsi utamanya.

Bagaimana fungsi sastra terkait pemahaman harus mendidik dan menghibur?
Yang intinya adalah hiburan. Yang ideal mendidik dan menghibur. Sastra baru bermakna bila mengandung unsur pendidikan, menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan sehingga pembaca mengalami perubahan dalam memandang kehidupan ke arah yang bermakna. Bukanya kearah degradasi atau amoral. Nilai yang baik untuk sebuah sastra adalah nilai-nilai ketuhanan, karena itu yang banyak dicari manusia.

Bagaimana kaitanya sastra dengan alat didaktik dan ideologi?
Sastra sebagai alat bisa dijadikan apa saja. Sastra bisa dijadikan alat pembangkit pemberontakan. Sastra bisa mempengaruhi pembaca tanpa terasa atau propaganda.

Tidak ada komentar: