Jumat, 26 Maret 2010
Tawaran untuk sebuah harmoni...
Jalan itu tidak sepenuhnya bisa lurus. Walaupun benar bahwa tujuannya selalu ingin dan menginginkan semua berjalan lurus dan tanpa hambatan. Tapi itu tak mungkin terjadi, karena terlalu banyaknya simpangan yang coba meghalangi setiap alu waktu. Begitupun dengan hati. Ya, begitu juga hati. Nampaknya selalu saja tidak bisa lurus dengan yang ada. Tapi bukannya itu tantangan? Ya, tantangan untuk kita dapat mengukur seberapa besar kadar setia dalam diri. Jika kau katakan aku tidak konsisten, terus terang aku katakan kamu salah. Dimana letak salah tersebut? Ya, aku katakan karena seperti ini adanya; hati, perasaan, dan rasa cinta yang ada tak perlu pembenaran akan janji. Simpan saja semua konsep tentang hati, perasaan, dan rasa cinta yang rasanya terlalu kaku dan dogmatis tersebut. Lebih besar lagi biarkan hati kita menyatu dalam sebuah rasa cinta yang romantis, yang lepas dari semua emblem kaku, teoretis, dan pragmatis. Mengapa?
"Karena aku mencintai dengan segenap hati, bukan hanya rasa penasaran yang menggebu untuk sekedar suka".
ps: ini tawaran untukmu: jika kau tidak setuju bukan 'aku' sebenarnya yang kau tolak, tapi hanya permintaanku saja.
Rabu, 24 Maret 2010
Ingin aku tulis sesuatu tentangmu, tapi yang ada tertawa selalu muncul ketika aku coba mengingatmu. Ingin serius berujar tentangmu, tapi lagi-lagi ketika melihat gambar dirimu aku malah ingin tertawa. Lalu..percayakah kamu? Aku menulis tulisan ini dengan mata terpejam. Sembari mendengar rekaman suaramu yang kurekam tadi malam. Lucu rasanya mendengar kamu bicara saja, dengan beragam bumbu (cerita, igauan, nyayian, dsb) yang notabene aku suka.
ps: Jangan marah ya, anggap saja ini ungkapan rasa yang tak biasa. "Aneh kan, Nit?" ^_^
ket: gambar Bibi Lung
Jumat, 19 Maret 2010
Cermin..(diri)
Baru malam tadi kita berbicara tentang kenangan. Malam tadi jua aku berkata bahwa benar kau adalah suluh semangatku saat itu, sekarang, dan mungkin nanti. Ingin aku ceritakan tentang 'mengapa' hal itu bisa ada. Semoga kau bisa tahu kenapa aku bisa nyaman berbicara denganmu, mengapa pula kita bisa seakrab seperti (sampai saat) ini. Ya, benar seperti katamu "semua saling berkelindan dalam...".
Seperti ini ceritanya:
Aku kira, sebagai awal dari sebuah pertemuan (aku dan kau) tak perlu kembali aku ceritakan dalam cerita ini. Kau pasti tahu, jika ingatanku selalu terbatas tentang kenangan. untuk itu aku selalu meminta kau selalu mengingatkanku (benar?). Sejak aku paham, ketika bersamamu selalu memunculkan rasa percaya diriku timbul. Sejak itu pula aku semakin percaya bahwa seseorang itu butuh seseorang untuk mengembangkan potensi dirinya. Tentu kau juga tahu, bahwa aku terlahir sebagai seorang yang pemalu. Nah, dari situ pula sifat penyendiri, judes, dingin, dan lainnya selalu menjadi ciri yang melekat pada diriku. Sulit untukku bisa bergaul dengan yang lainnya, tapi denganmu entah mengapa (lagi-lagi) aku merasa nyaman dan bisa terbuka tentang semuanya. Itulah mengapa sebabnya aku selalu ingin dekat denganmu karena ternyata sulit untuk menemukan kenyamanan yang lain selain denganmu.
Kawan, aku ingin meng-analogi-kan kau sebagai cermin. Ya, cermin tempat aku melihat parasku, dan bukan hanya tentang paras dan bentuk badanku yang kerempeng ini saja. Lebih dari itu aku bisa melihat kekuranganku dengan merujuk kepada kelebihan yang kau miliki. Ya, tempat aku selalu dapat mengukur kemampuan yang aku miliki. Tempat aku selalu sadar bahwa aku tak boleh jumawa dengan sedikit ilmu yang ada. Benar kawan, setiap aku bercermin pada dirimu selalu seperti itu adanya. Kadang ketika aku menunjuk dengan tangan kiriku, kau selalu mengingatkanku dengan tunjukkan tangan kananmu. Selalu ada irama ketika aku bercermin kepadamu, semuanya teratur sebagai sebuah pola yang saling berhubungan. Tapi tentunya seperti kita tahu, bahwa cermin selalu memunculkan perihal yang terbalik dari apa yang menjadi rujukannya. Begitu pula denganku dan pula dirimu, kadang ada hal-hal yang tak dapat kita samakan dalam sebuah visi. Namun, seperti itulah indahnya perbedaan, dan kita (kau dan aku) bisa saling melengkapinya.
Kawan, meski saat ini hanya kata yang dapat menjadi jembatan untuk kita, namun aku kira ini tak menjadi pembatas akan gerak dan langkah kita untuk selalu menghangatkan suasana dalam sebuah cerita. Ya, cerita dalam ruang yang baru ini.
ps: Salute untukmu. "Ijinkan aku selalu bercermin padamu".
Selasa, 09 Maret 2010
Cerita tentangnya.
Ada kenangan tentang mu pagi ini, Ayah. Ah, tepatnya bukan kenangan tapi sekedar ingat dan mengingatmu. Ayah, kau teladan yang baik untuk kami anak-anak mu. Dan tentunya selalu menjadi pelita disetiap gerak dan langkah kami. Karena aku hanya bisa menulis saja, maka akan aku tuliskan sepercik kebanggaan terhadap mu. Seperti ini kiranya;
Aku tahu selalu ada masa ketika hidup ini begitu indah, dan ada kalanya akan terasa pahit. Selalu kau katakan padaku (kami):
"Hiduplah yang wajar, jangan terlalu banyak ingin. Karena ingin bisa menderamu dengan segala pinta yang ada." lalu aku bertanya.
"Bukannya manusia selalu harus punya keinginan?"
"Tepatnya cita-cita bukan keinginan." begitu menurutnya.
Itu tentang hidup dan masa depan. Ayah selalu menuntun aku (kami) untuk melihat masa depan, dengan bersandar pada masa kini, dan melihat sejarah sebagai cerminan. Ada yang menarik ketika sebentar dia berucap; "Ayah tidak akan mewariskan harta padamu, tapi Ayah akan mewariskan harti". Aku sadar, ternyata setiap ucapan darinya adalah ilmu, setiap perbuatan adalah contoh nyata dari sebuah konsistensi, setiap diamnya ada peduli, setiap marahnya ada sayang, dan dalam setiap doanya selalu ada aku (kami).
Ayah, aku selalu bangga memiliki sosok bapak sepertimu. Hari ini aku ingin memelukmu dan berkata:
"Bahasa takkan cukup untuk mengungkap perasaan sayangku padamu. Biar hangat pelukan ini yang menjadi jembatan diantara jurang kata yang menganga. Jangan tanya kenapa, Ayah. Seperti kau tahu, aku selalu tak bisa berkata(-kata)".
:seburat rasa bangga untukmu, Ayah. Takzim.
Senin, 08 Maret 2010
Hari ini; cerita untuk masa depan yang...(tanpaku)
"Kau ingat cerita tentang ini...?" tanya mu.
Kau bertanya tentang kenangan, ketika hal itu ada sebelum cerita muncul sebagai muara. Lalu aku mulai mengingat-ingat lagi kenangan tersebut.
"Emm...sebentar-sebentar..aku coba ingat." berpikir keras aku mengingatnya.
Namun, memori akan kenangan semakin meredup saat ini. Perlu aku jelaskan; bukan hanya tentang cerita kita berdua, namun semuanya seakan selalu saja ada dalam bumbu lupa (tapi bukan untuk dilupakan). Mengingat setiap kenangan yang ada-bagiku saat ini-bukan hal yang mudah. Deru aktivitas membuat aku terlalu berkutat dengan waktuku saja. Dan itu alibiku untuk menghapus jejak sakit yang ada pada diri.
Jangan terkejut. Aku memang belum jujur tentang hal ini. Pesanku untukmu;
"Ingatkan aku terus tentang kenangan, karena hal seperti inilah yang membuatku selalu ingin hidup. Dan tentunya kau tahu, selalu ada kejujuran dalam pancaran mataku. Benar aku akan selalu mengenangmu (dalam hidup dan kelak mati)".
ps: Jangan ada air mata, aku akan senang jika kita tertawa saja. SMILE...^^
Selasa, 02 Maret 2010
Simphoni
jika yang kau sentuh itu pasir, lalu gerakkanlah
biarkan jemari (atau dengan media ranting) itu membentuk kata indah tentang;
kejujuran rasa yang ada. Karena lamunan akan semakin menuntunmu kepada hal itu.
selama menunggu tak menjadi jemu, maka biarkan saja dulu rasa itu hanya sebatas ungkapan hati. Kelak biar takdir yang menyatukan niat kita, lalu akan ada kata yang terucap (dariku pula dirimu).
"Apa?" tak terjawab kali ini, tapi nanti...
Senin, 01 Maret 2010
Tatal tentang rindu
Aku tak kemana-mana, dan tak menghilang dalam pandangan.
Kau resah lalu timbul tanya dan rindu. Namun sebenarnya aku hanya merasa saja, karena aku hanya menebak bahwa aku yang ada dalam setiap tulisan itu. Ya, ketika sebuah pernyataan itu menuliskan 'Ya, Kamu!' Aku sebenarnya merasa begitu ragu, apakah benar aku yang kau rindu itu? Tapi seiring waktu, dan sejauh perihal yang selalu kau percayai (Tak ada yang kebetulan) kita bertemu lagi, namun bukan dalam ruang yang sama. Ruang baru yang sama indahnya, karena makna dan bermakna, dan kita yang selalu memberikan makna disetiap persentuhan itu.
PS: Sebentar lagi kita bersua. Tunggu aku di kota itu, lalu kita akan berbicara, menunggu, bercengkerama, dan bergumul kembali dalam sebuah cerita.^^
Langganan:
Postingan (Atom)