Jumat, 19 Maret 2010

Cermin..(diri)


Baru malam tadi kita berbicara tentang kenangan. Malam tadi jua aku berkata bahwa benar kau adalah suluh semangatku saat itu, sekarang, dan mungkin nanti. Ingin aku ceritakan tentang 'mengapa' hal itu bisa ada. Semoga kau bisa tahu kenapa aku bisa nyaman berbicara denganmu, mengapa pula kita bisa seakrab seperti (sampai saat) ini. Ya, benar seperti katamu "semua saling berkelindan dalam...".
Seperti ini ceritanya:
Aku kira, sebagai awal dari sebuah pertemuan (aku dan kau) tak perlu kembali aku ceritakan dalam cerita ini. Kau pasti tahu, jika ingatanku selalu terbatas tentang kenangan. untuk itu aku selalu meminta kau selalu mengingatkanku (benar?). Sejak aku paham, ketika bersamamu selalu memunculkan rasa percaya diriku timbul. Sejak itu pula aku semakin percaya bahwa seseorang itu butuh seseorang untuk mengembangkan potensi dirinya. Tentu kau juga tahu, bahwa aku terlahir sebagai seorang yang pemalu. Nah, dari situ pula sifat penyendiri, judes, dingin, dan lainnya selalu menjadi ciri yang melekat pada diriku. Sulit untukku bisa bergaul dengan yang lainnya, tapi denganmu entah mengapa (lagi-lagi) aku merasa nyaman dan bisa terbuka tentang semuanya. Itulah mengapa sebabnya aku selalu ingin dekat denganmu karena ternyata sulit untuk menemukan kenyamanan yang lain selain denganmu.
Kawan, aku ingin meng-analogi-kan kau sebagai cermin. Ya, cermin tempat aku melihat parasku, dan bukan hanya tentang paras dan bentuk badanku yang kerempeng ini saja. Lebih dari itu aku bisa melihat kekuranganku dengan merujuk kepada kelebihan yang kau miliki. Ya, tempat aku selalu dapat mengukur kemampuan yang aku miliki. Tempat aku selalu sadar bahwa aku tak boleh jumawa dengan sedikit ilmu yang ada. Benar kawan, setiap aku bercermin pada dirimu selalu seperti itu adanya. Kadang ketika aku menunjuk dengan tangan kiriku, kau selalu mengingatkanku dengan tunjukkan tangan kananmu. Selalu ada irama ketika aku bercermin kepadamu, semuanya teratur sebagai sebuah pola yang saling berhubungan. Tapi tentunya seperti kita tahu, bahwa cermin selalu memunculkan perihal yang terbalik dari apa yang menjadi rujukannya. Begitu pula denganku dan pula dirimu, kadang ada hal-hal yang tak dapat kita samakan dalam sebuah visi. Namun, seperti itulah indahnya perbedaan, dan kita (kau dan aku) bisa saling melengkapinya.
Kawan, meski saat ini hanya kata yang dapat menjadi jembatan untuk kita, namun aku kira ini tak menjadi pembatas akan gerak dan langkah kita untuk selalu menghangatkan suasana dalam sebuah cerita. Ya, cerita dalam ruang yang baru ini.



ps: Salute untukmu. "Ijinkan aku selalu bercermin padamu".

Tidak ada komentar: