Jumat, 23 November 2012
CERITA PAGI
Bagaimana Jika (Aku) Bukan Muhammadiyah?
Rabu, 14 November 2012
Sekam
Kamis, 12 Juli 2012
Bersamamu
Sabtu, 02 Juni 2012
Simpul Hati (Sederhana)
Jumat, 04 Mei 2012
Resi (ta-) tal..
Minggu, 22 April 2012
Catatan di KM. 26
Sabtu, 31 Maret 2012
Merekah (Rasa)
Selepas waktu ashar tadi aku coba mengingat tentang awal sebuah cerita (kita):
"Sekarang waktu yang tepat dua tahun lalu kita menyemai cerita" katamu yang mengingatkanku.
Kembali aku menelisik makna dari sebuah pertemuan. Sejauh ini aku coba berbuat yang bukan sekedar berkata (-kata).
"Untuk masa depan aku ingin mencintaimu lebih dari sekedar lusa, minggu, bulan, dan menahun tentunya".
Kamis, 08 Maret 2012
Kata Temu
Bagiku, "seperti bercermin dalam kaca yang jernih ada".
Kata 'temu'-saat ini- seolah menembus nuansa makna dari sekadar sebuah perjumpaan semata. Salah mungkin jika diawali sebuah 'Titik', karena bukannya titik selalu bermakna akhir dari sebuah awal? Lalu kita coba renungkan kembali lema yang menarik sebagai ungkapan kata (bahasa) dalam menerjemahkan makna kata 'temu' itu.
"Mana bagusnya? Air keruh seperti ini mana enak untuk dinikmati..." kataku
Dalam mithologi Yunani kita dikenalkan dengan narsisius yang kelak menjadi gejala narcism, sebuah gejala cinta yang riya. Dan yang menarik dari mithos tersebut yaitu medianya, dimana air menjadi sebab akan datangnya cinta yang riya tersebut. Bercermin melihat diri sendiri, lalu timbul cinta berdasarkan kejernihan yang nyata ada. (ber-) cermin menjadi pilihanku untuk mengungkapkan perjumpaan ini, yang anehnya selalu ada 'temu' yang sama disela ucap kata. Mau bagaimana lagi, kita tampaknya sama dalam selera makna yang menemukan.Bagaimana jika kita sama cinta? Setidaknya mencintai diri kita dalam pantulan cermin yang memantulkan dirimu dalam bayangan diriku.
"Lalu?" Terusik dengan suasana yang mulai terasa.
"Kamu percaya Jodoh yang diberikan Tuhan untuk kita?"
...............................................................................................
Aku ingin berbicara jodoh; "bukankah jodoh adalah titik temu itu, bukan?"
Seperti aku bahagia menemukan calon istriku (jodohku), seperti itu pula aku suka pertemuan dalam 'temu' yang unik denganmu.
:untuk kamu
Rabu, 07 Maret 2012
Titik Temu
Sabtu, 03 Maret 2012
Poursouit
"Ternyata itulah cermin diri yang nyata ada. Entah aku harus menangis atau bangga dengan yang sejenis, karena itulah cermin diri yang nyata ada".
Selasa, 14 Februari 2012
untitled
:
Kebersamaan ini aku beri nama sebuah HARMONIE.
Entah mengapa aku ingin menyebutnya seperti itu. Pastinya, alunan sebuah cerita yang ada saat ini merupakan rangkaian peristiwa yang selalu membekas sebagai bingkai indah dalam nuansa. Ya, selalu indah berdua dengan berbagai macam cerita. Untukmu, cerita ini kubingkai dalam senja yang temaram namun tetap indah untuk dipandang.
Ada saat semua harus berubah. Semua mencari muara tempat bagi masing-masing diri untuk berpulang yang entah ada dalam suka maupun duka—dalam prosesnya. Setiap pencari tentunya akan semakin merasakan samsara dalam setiap perjalan yang ditempuhnya. Namun, bukankah setiap hidup ini adalah cobaan yang selalu coba kita terka? Benar dan akan adanya misteri seputar tentang waktu. Yang entah lagi-lagi kita hanya mencari muara di mana kita akan berada.
Lain dulu lain sekarang, lain pula cerita yang ada dalam bingkai senja yang temaram tadi. Membicarakanmu, rasanya takkan cukup untaian kata ini aku susun dalam beberapa susunan kalimat, lengkapnya paragraph, atau pun logisnya sebuah wacana. Karena aku menulis—cerita ini—bukan untuk dibaca secara kasat mata. Tapi ini ada antara makna dan tafsiran hati. Lho..bukankah bahasa selalu menampilkan berbagai makna dalam sebuah tafsiran? Dan bukankah setiap teks intinya terdiri dari manifest dan laten? Itu teorinya, dan makna kadang tak butuh hal yang sifatnya teoretis belaka, bukan?
“Atas nama samsara yang aku lalui, aku ucap rasa cinta yang dalam padamu”
: Aku menulis karena malam ini valentine